Minggu, Februari 01, 2015

Kepala, Vaporizer, Kosong

Minggu, 18 Januari 2015, menjelang Senin.

Malam ini saya merasakan hal-hal aneh yang memenuhi isi kepala saya sehingga sebabkan rasa gelisah yang menurut saya sebetulnya tidak perlu. Entah apa yang bisa memulai semua rentetan keanehan ini. Kebetulan ini juga kali pertama sejak Jumat malam kemarin tidak pernah hisap vaporizer seharga 150.000 Rupiah itu. 

Saya rasa kawan saya memanglah benar mengenai efek dari vaporizer yang yabg tidak sehebat rokok dalam menenangkan fikiran, tapi setidaknya cukup untuk menghindari ocehan orang tua yang tidak pernah setuju jika saya menghisap rokok.

Akhir-akhir ini saya merasakan gelap dan semakin gelap, seiring dengan usaha saya untuk berusaha lepaskan diri dari ruang lingkup sosial. Ya, terutama cinta. Yang saya rasa mulai tumbuh kembali seiring dengan bertemunya kami di acara pertemuan di Sudirman itu. Saya ingin lepas.

Kemudian saya berfikir, rasa sakit ini muncul semakin jelas ketika kita semakin dalam rasakan perasaan pada seseorang. Justru saya malah merasakan cinta itu adalah racun, bukan obat seperti banyak orang katakan. Apakah cinta itu suci seperti yang dikatakan banyak orang? Atau malah cinta itu tidak ada bedanya dengan banyak konsep kehidupan lain yang malah justru..... 
Kosong?